Kekasih, terakhir kali kita masih kami, kita berada di bumi. Bumi adalah planet terindah di dunia bagiku saat itu. Walau bagaimanapun keadaanku.
Lalu kau pergi, hatimu menjauh. Jarak yang memisahkan kita kemanapun kau pergi, bagiku sangat dekat. Tapi saat hatimu berjarak, sedekat apapun itu, itu jauh sesungguhnya bagiku. Tak lagi ada kau untukku, maka bumi tidak lagi menjadi tempat terindah bagiku.
Semua suram, semua muram. Penghuni Bumi seakan menyindirku. Tak lama aku bertahan di bumi, jalanan yang sering kita lalui dulu, sudut kota tempat kita pernah berbagi senyum dulu, kursi rumah yang pernah kau duduki dulu, semua menyindirku, aku muak!. Lalu aku pergi dari Bumi yang tidak lagi bersahabat. Dengan emosiku saat itu, aku tak lagi ingin hidup lebih lama. Maka aku pindah ke Jupiter.
Kau tau?! Di Jupiter aku hanya harus melewati kurang dari 10 jam untuk satu harinya, dengan begitu mungkin waktu hidupku akan lebih cepat habis. Kulalui hari demi hari di Jupiter, sendiri. Masih saja aku mengingatmu, aku tak tau. Mungkin karena kita masih dekat, hanya terpisah satu Mars. Maka aku pergi dari Jupiter, semakin menjauhimu. Aku pindah ke Uranus. Entah apa saat itu kau masih mengingatku, tapi aku sangat ingin melupakanmu.
Aku pernah katakan padamu, kekasih. Kau tak akan pernah kehilanganku selama aku hidup, dan itu benar. Bukankah sering aku katakan itu?!
Mengingat itu, aku ingin kau merasakan sakitnya kehilangan. Tapi satu tahun di Uranus berarti 84 tahun di Bumi. Jadi bila kuhitung, kau pasti lebih dulu mati dariku, kau tak akan merasakan sakitnya kehilanganku. Maka aku kembali berpikir untuk pindah ke planet lain. Aku pindah ke Merkurius, satu tahun di Bumi, 88 hari di sana. Aku pasti lebih dulu mati darimu.
Pada hari kedua aku di tempat itu, aku menyadari, satu hari di sana terasa sangat lama, sama dengan 59 hari Bumi. Dan aku masih saja mengingatmu, apa aku harus mengingatmu 59 hari tiap harinya?!
Entahlah, kekasih, seakan tak ada gunanya aku berpindah-pindah. Saat itu aku terpikir untuk kembali ke Bumi, walau menyakitkan, tapi aku merindukanmu. Aku urungkan niatku kembali, aku tak ingin mengganggumu dengan adaku. Aku pindah ke Mars, lebih dekat dari Bumi, tempatmu. Mungkin aku bisa melihatmu dari sana.
Katanya di Mars ada tanda kehidupan, aku berharap, mungkin suatu saat kau akan mengunjungi Mars, walau dengan kekasihmu. Tiap malam kupandangi Bumi, bertanya-tanya apa yang sedang kau lakukan, apakah kau merasa kehilangan?! Aku sangat merindukanmu.
Aku menangis karena tak juga bisa melupakanmu, tak juga bisa berhenti mengharapkanmu, karena rinduku tak terhapuskan. Sedang kau, entahlah, apa yang sedang kau lakukan di Bumi?! Tidakkah kau teringat padaku tiap kali menghela udara Bumi?!
Kau yang tinggal di Bumi, tidakkah Bumi mengingatkanmu akanku?! Akan masa-masa saat kita bersama dulu, tidakkah menyakitimu?! Karena itu menyakitiku saat aku berada di Bumi. Aku bertanya-tanya sendiri, aku tidak lagi di Bumi, tapi masih saja teringat akanmu. Apa yang salah, apa yang membuatku tetap saja mengingatmu?!
Apa mungkin detak jantungku yang mengingatkanku akanmu?!
Ah, aku sadar. Ini memang detak jantung yang sama yang kupakai saat aku bersamamu dulu, saat juga kau bernafas di dekatku, karena itu aku tak bisa melupakanmu. Aku tersadar, mungkin selama detak jantungku masih berdetak seperti ini, aku tak akan pernah bisa melupakanmu. Bagaimana lagi, aku harus menyerah dengan usaha melupakanmu.
Maka dengan luluh lelahku aku menyerah. Aku pindah dari Mars, karena ternyata satu tahun di sana 687 hari Bumi. Kau pasti tetap lebih dulu mati, karena di Bumi hanya 365 hari setahun.
Maka di sinilah aku, sampai saat ini. Tidak jauh darimu, kau hanya tak tau. Aku berada di Venus saat ini. Di sini tidak terlalu nyaman. Ini mungkin tempat yang tepat bagiku, kekasih. Kau tau?! satu tahun di sini hanya 225 hari di Bumi. Aku pasti lebih dulu mati darimu. Tapi satu hari di sini, 243 hari di bumi. Sampai saat ini, dalam satu hari aku mengingatmu 243 kali lebih banyak dari di Bumi, bila kau ingin tau.
Mungkin karena berada di tempat ini, aku akan lebih dulu mati darimu, mungkin kau akan merasa kehilangan saat itu. Itupun bila kau tau, karena kau tak lagi melihatku. Itupun bila kau tau, karena aku tak tau bagaimana cara memberitaumu bila aku mati nanti. Walaupun aku tau, mungkin aku akan berpikir ribuan kali lebih dulu sejak aku mati apakah kau perlu tau dengan kematianku. Bagaimana mungkin aku rela menyakitimu dengan kehilanganku. Kau tak akan tau.
Aku di sini, kekasih, di Venus. Tiap hari, aku mencintaimu 243 kali lebih banyak dari saat dulu aku masih di Bumi. Lihat aku.
Ah iya, Venus adalah planet asal wanita, katanya. Tapi aku tak dapat melihat satupun wanita di sini, kekasih. Apa kau tau mengapa?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar