Kamis, 21 Oktober 2010

Batu yang Lemah

Beginilah laki-laki, jika ditantang membahas perasaannya.
Sambil menahan perih, aku menggeleng-geleng kepala.


Sekarang lihat, aku harus menyalahi diriku sendiri karena sebelum menemukannya, sudah kuhentikan permainannya.
Pasti ia sedang menertawai kepasrahanku didalam persembunyiannya, sambil terus menantang tingkat kejelianku terhadap isi perasaannya.
Memang dia begitu.
terlalu hebat dalam banyak teka-teki. Untuk menyama-ratakan kata-katanya dengan daya pikirku saja, aku kesulitan. Sampai-sampai untuk bisa mengerti arti tatapnya, harus kutanya lagi kepada Tuhan.

“Apa arti perpisahan hari ini?”
Lalu katanya : “Perpisahan hari ini beda. Didalamnya mengandung sebuah akad kontrak untuk pertemuan berikutnya, sampai kita menjadi sepasang yang siap untuk tidak dipisahkan siapa-siapa.”
Sial. Ku tahu benar siapa dia.
Mata ini tidak bisa menjelajah seluruh bumi untuk memantau kesungguhan kata hatinya. Jadi, apa perlunya perpisahan hari ini, jika memikirkan dirinya diluar sana adalah seperti menaruh kepalaku diatas bara. “Kau yang hebat, bukan aku.”

Senin,
Selasa,
Rabu,
Kamis,
Jumat,
Sabtu,
Minggu.
7 algojo yang siap memecut tubuhku didalam kesepian kala memandangmu dari jauh.
2011, mungkin aku terbunuh.
Tapi suatu hari nanti, keras batumu akan dibuat retak oleh tetes air mataku yang mulai jatuh sejak hari ini. Artinya, jangan sampai kau menyesal dikemudian hari, karena tidak lagi mudah untukmu menemukan siapa yang pantas jadi pengganti.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar