Sabtu, 28 April 2012

Selamat Ulang Tahun, Diri Sendiri

24 Tahun lalu, tepat hari ini lahir seorang biasa dari rahim Ibu yang luar biasa. Seandainya saat itu saya telah dapat berinteraksi, mungkin dokter akan langsung memberikan selamatnya kepada saya karena mempunyai seorang Ibu yang hebat.

24 Tahun sudah saya berada di dunia dan belum berbuat apa-apa untuk membuat bangga semua orang terkasih dengan keberadaan saya di bumi. 24 sebenarnya terlalu lama untuk tidak menghasilkan apa-apa. 24 terlalu lama untuk dilewatkan dengan biasa. Namun 24 terlalu sebentar jika dihabiskan bersama kamu, kekasih. (Seserius apa pun, nyepik harus tetap ikut!)

Saya besar dari keluarga yang biasa, tumbuh seperti biasa seperti manusia lainnya. Namun saya hidup diantara orang yang sangat luar biasa. Keluarga yang luar biasa, teman yang luar biasa, lingkungan yang luar biasa. Mereka semua memberi ilmu lebih dari yang sekolah berikan kepada saya. Kalau saya diberikan kesempatan untuk memilih hidup sekali lagi, saya akan tetap meminta hidup seperti ini (cuma kalau boleh, ditambahin bisa main gitar dan piano, biar nggak perlu usaha setengah mati buat dapat pacar). Ah, Tuhan, Engkau memang terlalu baik kepada saya. Seharusnya saya lebih bersyukur atas RahmatMu yang tiada hentinya Engkau berikan. Kalau boleh nanya, Tuhan, kapan jodoh saya yang di tanganMu akan Engkau lepaskan? Kasian dia, Tuhan. *kemudian disambar petir*

Terima kasih, Tuhan, untuk tawa, tangis, manis, pait, ramai, sepi, galau (ini seringnya kelewatan, Tuhan), dan segala kemudahan hidup yang tidak pada semua manusia Engkau berikan selama hidup yang telah saya lewatkan.

Terima kasih, keluarga. Kalian mengajarkan bagaimana menjalani hidup seharusnya dengan usaha tanpa lelah dan dengan tangan sendiri. Bukan dengan gelimpangan uang (walaupun sebenarnya karena memang kita tidak punya), dengan ikut MLM, Judi togel, atau segala bentuk jalan pintas untuk mencapai puncak harapan.

Terima kasih, teman. Kalian membantu saya bangkit dengan pelukan walaupun terkadang memaksa saya harus bangkit dengan tamparan. Namun kita sama-sama tahu bahwa pelukan dan tamparan pada dasarnya hanyalah cara untuk membuat kita sama-sama menggapai mimpi yang sering kita tertawakan karena keseringan kita menganggap mimpi kita terlalu tinggi. Kita sering tidak sadar bahwa tangan kita masih terlalu kecil untuk dapat memeluk gunung yang besar. Tapi ketidakpedulian kita terhadap ukuran tangan kita yang saya anggap sebagai kehebatan kita, kawan. Aduh, ini bukan punya saya!!! *melihat air keluar dari mata*

Terima kasih, untuk wanita yang pernah tinggal di hati saya. Kalian meyakinkan saya kalau apa yang selama ini saya anggap satu-satunya keindahan yang saya miliki yaitu hati saya, bukan merupakan jaminan seseorang akan betah tinggal di dalamnya. Kalian juga telah meyakinkan saya bahwa cinta saja terkadang tidak cukup. Namun mungkin juga cinta kita saja yang masih terlalu lemah untuk dapat bertahan di derasnya arus zaman. Tenang, saya tidak akan memeluk kalian kali ini, karena saya menghargai perasaan pacar kalian. (tapi kapan pacar kalian menghargai perasaan saya? #NggakSantai)

Untuk selanjutnya, saya hanya berharap dapat menghapus satu hal yang saya anggap paling sering saya lakukan. Bukan, saya tidak ingin menghapus kenangan, saya hanya ingin menghilangkan kebiasaan-kebiasaan mengeluh. Pada intinya, saya berterima kasih atas apa yang sudah dan akan terjadi pada hidup saya. Semua itu adalah ilmu yang membuat saya selalu belajar.

Selamat ulang tahun, diri sendiri.
(saya juga nggak ngerti, ini tulisan tentang ulang tahun atau kata pengantar Skripsi)

7 komentar: