Pernah bersamamu adalah salah satu hadiah terbaik yang pernah diberikan hidup kepadaku. Meskipun pada akhirnya aku tidak mampu mempertahankanmu. Entah tanganku kurang kuat, atau memang tanganmu terlalu kuat untuk kugenggam lalu berjalan bersama pada jalan yang telah kita sepakati. Atau juga kau telah merasa tidak lagi sependapat denganku untuk menggapai apa yang yang menjadi mimpi dengan keringat sendiri. Mungkin kau mencari orang lain yang punya kekuatan untuk membawakan impian ke pangkuanmu tanpa perlu kau mengeluarkan keringat untuk mendapatkannya. Sadarkah kau dengan begitu kau telah menyerahkan dirimu untuk miliknya? Bukan hatimu. Yang tanpa kau sadari membuat ia merasa berhak atas dirimu. Kau pasti mengerti maksudku.
Aku tidak pernah menginginkan kau pergi, tetapi aku juga tidak akan menghalangi jika kau sendiri yang menginginkannya. Meskipun aku mencintaimu, aku tidak akan mencabut kekuasaanmu atas dirimu sendiri.
Jika membicarakan masa lalu, kepalaku tidak akan tertunduk jika itu membicarakanmu.
Ratusan orang yang mengincar hatimu, tetapi aku adalah sosok unik dalam sejarah republik ini, dalam arti aku mengejarmu tanpa bantuan sumber daya apa pun selain bakatku sendiri. Tidak seperti Metellus atau Hortensius, aku bukan berasal dari keluarga aristokrat yang agung, dengan piutang budi politik turun temurun selama beberapa generasi yang dapat ditagih pada saat pemilu. Aku tidak memiliki armada perang yang perkasa seperti Pompeius atau Caesar. Aku tidak memiliki harta melimpah seperti Crassus untuk melicinkan jalan. Yang kumiliki hanyalah semangat pantang kalah oleh luka. Dan aku bangga hatimu pernah bertahta dalam peluk ini. Meski tidak lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar