Pernah bersamamu adalah salah satu hadiah terbaik yang pernah diberikan hidup kepadaku. Meskipun pada akhirnya aku tidak mampu mempertahankanmu. Entah tanganku kurang kuat, atau memang tanganmu terlalu kuat untuk kugenggam lalu berjalan bersama pada jalan yang telah kita sepakati. Atau juga kau telah merasa tidak lagi sependapat denganku untuk menggapai apa yang yang menjadi mimpi dengan keringat sendiri. Mungkin kau mencari orang lain yang punya kekuatan untuk membawakan impian ke pangkuanmu tanpa perlu kau mengeluarkan keringat untuk mendapatkannya. Sadarkah kau dengan begitu kau telah menyerahkan dirimu untuk miliknya? Bukan hatimu. Yang tanpa kau sadari membuat ia merasa berhak atas dirimu. Kau pasti mengerti maksudku.
Aku tidak pernah menginginkan kau pergi, tetapi aku juga tidak akan menghalangi jika kau sendiri yang menginginkannya. Meskipun aku mencintaimu, aku tidak akan mencabut kekuasaanmu atas dirimu sendiri.
Jika membicarakan masa lalu, kepalaku tidak akan tertunduk jika itu membicarakanmu.
Ratusan orang yang mengincar hatimu, tetapi aku adalah sosok unik dalam sejarah republik ini, dalam arti aku mengejarmu tanpa bantuan sumber daya apa pun selain bakatku sendiri. Tidak seperti Metellus atau Hortensius, aku bukan berasal dari keluarga aristokrat yang agung, dengan piutang budi politik turun temurun selama beberapa generasi yang dapat ditagih pada saat pemilu. Aku tidak memiliki armada perang yang perkasa seperti Pompeius atau Caesar. Aku tidak memiliki harta melimpah seperti Crassus untuk melicinkan jalan. Yang kumiliki hanyalah semangat pantang kalah oleh luka. Dan aku bangga hatimu pernah bertahta dalam peluk ini. Meski tidak lama.
Minggu, 14 Oktober 2012
Sabtu, 02 Juni 2012
Istana, Bukan Rumah
Pernah bersamamu adalah salah satu hadiah terbaik yang pernah diberikan hidup kepadaku. Meskipun pada akhirnya aku tidak mampu mempertahankanmu. Entah tanganku kurang kuat, atau memang tanganmu terlalu kuat untuk kugenggam lalu berjalan bersama pada jalan yang telah kita sepakati. Atau juga kau telah merasa tidak lagi sependapat denganku untuk menggapai apa yang yang menjadi mimpi dengan keringat sendiri. Mungkin kau mencari orang lain yang punya kekuatan untuk membawakan impian ke pangkuanmu tanpa perlu kau mengeluarkan keringat untuk mendapatkannya. Sadarkah kau dengan begitu kau telah menyerahkan dirimu untuk miliknya? Bukan hatimu. Yang tanpa kau sadari membuat ia merasa berhak atas dirimu. Kau pasti mengerti maksudku.
Sekarang pergilah, jika yang engkau inginkan adalah istana, bukan 'rumah'.
Sekarang pergilah, jika yang engkau inginkan adalah istana, bukan 'rumah'.
Sabtu, 28 April 2012
Selamat Ulang Tahun, Diri Sendiri
24 Tahun lalu, tepat hari ini lahir seorang biasa dari rahim Ibu yang luar biasa. Seandainya saat itu saya telah dapat berinteraksi, mungkin dokter akan langsung memberikan selamatnya kepada saya karena mempunyai seorang Ibu yang hebat.
24 Tahun sudah saya berada di dunia dan belum berbuat apa-apa untuk membuat bangga semua orang terkasih dengan keberadaan saya di bumi. 24 sebenarnya terlalu lama untuk tidak menghasilkan apa-apa. 24 terlalu lama untuk dilewatkan dengan biasa. Namun 24 terlalu sebentar jika dihabiskan bersama kamu, kekasih. (Seserius apa pun, nyepik harus tetap ikut!)
Saya besar dari keluarga yang biasa, tumbuh seperti biasa seperti manusia lainnya. Namun saya hidup diantara orang yang sangat luar biasa. Keluarga yang luar biasa, teman yang luar biasa, lingkungan yang luar biasa. Mereka semua memberi ilmu lebih dari yang sekolah berikan kepada saya. Kalau saya diberikan kesempatan untuk memilih hidup sekali lagi, saya akan tetap meminta hidup seperti ini (cuma kalau boleh, ditambahin bisa main gitar dan piano, biar nggak perlu usaha setengah mati buat dapat pacar). Ah, Tuhan, Engkau memang terlalu baik kepada saya. Seharusnya saya lebih bersyukur atas RahmatMu yang tiada hentinya Engkau berikan. Kalau boleh nanya, Tuhan, kapan jodoh saya yang di tanganMu akan Engkau lepaskan? Kasian dia, Tuhan. *kemudian disambar petir*
Terima kasih, Tuhan, untuk tawa, tangis, manis, pait, ramai, sepi, galau (ini seringnya kelewatan, Tuhan), dan segala kemudahan hidup yang tidak pada semua manusia Engkau berikan selama hidup yang telah saya lewatkan.
Terima kasih, keluarga. Kalian mengajarkan bagaimana menjalani hidup seharusnya dengan usaha tanpa lelah dan dengan tangan sendiri. Bukan dengan gelimpangan uang (walaupun sebenarnya karena memang kita tidak punya), dengan ikut MLM, Judi togel, atau segala bentuk jalan pintas untuk mencapai puncak harapan.
Terima kasih, teman. Kalian membantu saya bangkit dengan pelukan walaupun terkadang memaksa saya harus bangkit dengan tamparan. Namun kita sama-sama tahu bahwa pelukan dan tamparan pada dasarnya hanyalah cara untuk membuat kita sama-sama menggapai mimpi yang sering kita tertawakan karena keseringan kita menganggap mimpi kita terlalu tinggi. Kita sering tidak sadar bahwa tangan kita masih terlalu kecil untuk dapat memeluk gunung yang besar. Tapi ketidakpedulian kita terhadap ukuran tangan kita yang saya anggap sebagai kehebatan kita, kawan. Aduh, ini bukan punya saya!!! *melihat air keluar dari mata*
Terima kasih, untuk wanita yang pernah tinggal di hati saya. Kalian meyakinkan saya kalau apa yang selama ini saya anggap satu-satunya keindahan yang saya miliki yaitu hati saya, bukan merupakan jaminan seseorang akan betah tinggal di dalamnya. Kalian juga telah meyakinkan saya bahwa cinta saja terkadang tidak cukup. Namun mungkin juga cinta kita saja yang masih terlalu lemah untuk dapat bertahan di derasnya arus zaman. Tenang, saya tidak akan memeluk kalian kali ini, karena saya menghargai perasaan pacar kalian. (tapi kapan pacar kalian menghargai perasaan saya? #NggakSantai)
Untuk selanjutnya, saya hanya berharap dapat menghapus satu hal yang saya anggap paling sering saya lakukan. Bukan, saya tidak ingin menghapus kenangan, saya hanya ingin menghilangkan kebiasaan-kebiasaan mengeluh. Pada intinya, saya berterima kasih atas apa yang sudah dan akan terjadi pada hidup saya. Semua itu adalah ilmu yang membuat saya selalu belajar.
Selamat ulang tahun, diri sendiri.
(saya juga nggak ngerti, ini tulisan tentang ulang tahun atau kata pengantar Skripsi)
24 Tahun sudah saya berada di dunia dan belum berbuat apa-apa untuk membuat bangga semua orang terkasih dengan keberadaan saya di bumi. 24 sebenarnya terlalu lama untuk tidak menghasilkan apa-apa. 24 terlalu lama untuk dilewatkan dengan biasa. Namun 24 terlalu sebentar jika dihabiskan bersama kamu, kekasih. (Seserius apa pun, nyepik harus tetap ikut!)
Saya besar dari keluarga yang biasa, tumbuh seperti biasa seperti manusia lainnya. Namun saya hidup diantara orang yang sangat luar biasa. Keluarga yang luar biasa, teman yang luar biasa, lingkungan yang luar biasa. Mereka semua memberi ilmu lebih dari yang sekolah berikan kepada saya. Kalau saya diberikan kesempatan untuk memilih hidup sekali lagi, saya akan tetap meminta hidup seperti ini (cuma kalau boleh, ditambahin bisa main gitar dan piano, biar nggak perlu usaha setengah mati buat dapat pacar). Ah, Tuhan, Engkau memang terlalu baik kepada saya. Seharusnya saya lebih bersyukur atas RahmatMu yang tiada hentinya Engkau berikan. Kalau boleh nanya, Tuhan, kapan jodoh saya yang di tanganMu akan Engkau lepaskan? Kasian dia, Tuhan. *kemudian disambar petir*
Terima kasih, Tuhan, untuk tawa, tangis, manis, pait, ramai, sepi, galau (ini seringnya kelewatan, Tuhan), dan segala kemudahan hidup yang tidak pada semua manusia Engkau berikan selama hidup yang telah saya lewatkan.
Terima kasih, keluarga. Kalian mengajarkan bagaimana menjalani hidup seharusnya dengan usaha tanpa lelah dan dengan tangan sendiri. Bukan dengan gelimpangan uang (walaupun sebenarnya karena memang kita tidak punya), dengan ikut MLM, Judi togel, atau segala bentuk jalan pintas untuk mencapai puncak harapan.
Terima kasih, teman. Kalian membantu saya bangkit dengan pelukan walaupun terkadang memaksa saya harus bangkit dengan tamparan. Namun kita sama-sama tahu bahwa pelukan dan tamparan pada dasarnya hanyalah cara untuk membuat kita sama-sama menggapai mimpi yang sering kita tertawakan karena keseringan kita menganggap mimpi kita terlalu tinggi. Kita sering tidak sadar bahwa tangan kita masih terlalu kecil untuk dapat memeluk gunung yang besar. Tapi ketidakpedulian kita terhadap ukuran tangan kita yang saya anggap sebagai kehebatan kita, kawan. Aduh, ini bukan punya saya!!! *melihat air keluar dari mata*
Terima kasih, untuk wanita yang pernah tinggal di hati saya. Kalian meyakinkan saya kalau apa yang selama ini saya anggap satu-satunya keindahan yang saya miliki yaitu hati saya, bukan merupakan jaminan seseorang akan betah tinggal di dalamnya. Kalian juga telah meyakinkan saya bahwa cinta saja terkadang tidak cukup. Namun mungkin juga cinta kita saja yang masih terlalu lemah untuk dapat bertahan di derasnya arus zaman. Tenang, saya tidak akan memeluk kalian kali ini, karena saya menghargai perasaan pacar kalian. (tapi kapan pacar kalian menghargai perasaan saya? #NggakSantai)
Untuk selanjutnya, saya hanya berharap dapat menghapus satu hal yang saya anggap paling sering saya lakukan. Bukan, saya tidak ingin menghapus kenangan, saya hanya ingin menghilangkan kebiasaan-kebiasaan mengeluh. Pada intinya, saya berterima kasih atas apa yang sudah dan akan terjadi pada hidup saya. Semua itu adalah ilmu yang membuat saya selalu belajar.
Selamat ulang tahun, diri sendiri.
(saya juga nggak ngerti, ini tulisan tentang ulang tahun atau kata pengantar Skripsi)
Langganan:
Postingan (Atom)