Sekitar tiga tahun yang lalu pertama kali aku mendengar lagu The Click Five yang judulnya 'Happy Birthday'. Waktu itu aku berharap dapat menyanyikan lagu itu saat umurmu tepat 21 tahun. Sekarang aku dapat menyanyikannya, tapi tidak bersamamu. Iya, aku menyanyikan lagu ini sendiri di dalam kamar sebuah toko kayu di salah satu Kabupaten di Jawa Barat. Sebenarnya bisa dibilang bukan kamar, tapi sebuah gudang yang disulap menjadi kamar. Jangan dipikirkan, aku sedang tidak membicarakan diriku.
Hey, kamu. Sebuah nama yang tegap berdiri di dalam ruang ingatku. Tepat pada tanggal sekarang di 21 tahun lalu kau hadir ke dunia. Tentu saja waktu itu kau belum menangis untukku. Hingga saat ini pun mungkin kau masih belum pernah menangis untukku. Kuharap itu memang itu tidak pernah terjadi. Ah, itu bukan sebuah masalah bagiku. Yang pasti saat teriakan pertamamu ada banyak senyum bahagia dari orang-orang yang sangat menantikan kehadiranmu, terutama seorang wanita yang dari tubuhnya kau bermetamorfosis menjadi seorang manusia. Ibumu.
Sekarang, usiamu tepat 21 tahun. Usia dimana kau memasuki fase dewasa dan usia dimana seharusnya kau mengetahui betapa tidak enaknya menjadi orang dewasa. Menjadi dewasa berarti menambah hal-hal yang harus kau pikirkan dan menjadi pertimbanganmu sebelum kau menentukan kemana arah akan kau langkahkan kakimu. Bukan seperti beberapa tahun lalu, yang menjadi masalah dalam hidupmu hanya tentang hati dan bagaimana caranya bisa bebas bermain dengan temanmu dan belum hadir kata beban dalam ruang ingatmu. Sekarang kau dituntut untuk tidak hanya memikirkan keinginanmu sendiri dalam mengambil sebuah langkah. Tapi kau juga harus melibatkan orang-orang disekitarmu. Paling tidak keluarga inti ikut menjadi pertimbangan sebelum kau memutuskan mana satu dari banyak mimpimu untuk kau wujudkan.
Oh iya, bagaimana kabarmu? Kau sehat, bukan? Kesehatanmu selalu menjadi hal utama yang sering kupinta kepada Tuhan setelah kebahagiannmu. Iya, aku mendoakan kebahagiaanmu. Mungkin salahku juga jika aku hanya mendoakan kamu bahagia. Aku lupa meminta kau bahagia bersamaku. Tapi terlalu egois jika aku meminta begitu.
Jujur saja, sebenarnya saat ini aku sedang bertarung hebat dengan perasaanku sendiri yang begitu mendesakku untuk menghubungimu tanpa mempedulikan lagi dia yang seharusnya dan kau tunggu untuk mengucapkan kalimat yang seharusnya dari tadi kuucapkan kepadamu, kalimat yang begitu membuatku begitu lelah melawan perasaan yang biasanya mengendalikan arah hidupku. Kau pasti tahu bagaimana beratnya melawan sesuatu yang berkuasa. Itu belum seberapa, aku juga harus menyingkirkan batu besar yang biasa disebut tanda tanya apa aku masih relevan jika mengucapkan selamat kepadamu? Ada dua kemungkinan yang membuatku ragu mengucapkannya.
Pertama, aku takut kau sedih saat aku mengucapkan kalimat tersebut. Aku tidak ingin merusak semua doaku sendiri dengan membuatmu bersedih.
Yang kedua, aku tidak ingin kau mengasihaniku karena aku masih saja menempatkanmu ditempat paling tinggi dalam ruang ingatku. Aku berjuang untukmu, bukan mengemis kepadamu.
Tapi sudahlah, biarkan saja aku mengucapkan yang saat ini paling ingin kau dengar diatas media elektronik yang sebenarnya tidak pernah mampu mewakili sebuah kehadiran. Ucapan selamat ulang tahun doa-doa baik yang sama dengan yang dilontarkan oleh orang sekitarmu yang sangat menyayangimu. Jika nanti aku mempunyai keberanian menyingkirkan batu tadi kemudian mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu melalui gelombang suara, aku tidak akan menyertakan doa didalamnya, karena doa untuk kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesanmu tidak hanya kuhadirkan pada tanggal lahirmu.
Selamat ulang tahun.